Rabu, 23 Januari 2013

Ruang Belajar: Bongkar Karya Nurjannah



Ruang Belajar: Bukanlah tuang justifikasi sebuah karna berjenis kelamin puisi. Semata mengasah senjata kritik yang teramat tumpul dan berkarat di mulut Muhammad Asqalani eNeSTe. Untuk itu, izinkan saya berargumentasi, mengapresiasi puisi-puisi teman yang budiman. Seala kadarnya ^_^


CERMIN

Bening
Melukis luka dalam hening
Menampar kening malah pening
Air mata enggan kering
Pening oh pening

SESAK

Mundur
Tutup
Tak usah kau kembali
Pergilah
Berlari mengejar fajar

Awas
Mundur
Pergilah bersama senja
Tak usah kau menangis
Tiada guna air matamu
Air mata kura kura
Hanya pura pura

Awas
Mundur
Tutup
Pergilah
Tak usah kau kembali

Kampus Madani, 291212

Nurjannah adalah nama pena dari Juniar Sinaga. Berdomisili di Pekanbaru Riau. Ia merupakan mahasiswi Universitas Islam Riau (UIR) Jurusan Pendidikan biologi. Saat ini juga tercatat sebagai peserta Training Penulis 1 FLP Pekanbaru Angkatan-8. Blog pribadinya bisa dijelajahi di Senandung-cahayasurga.blogspot.com. atau di email june_7naga@yahoo.co.id.


Sekali lagi kutemukan puisi ruang bermain bagi penulisnya. Lihatlah “Cermin”, untuk sampai kepada kata pening saja ia mesti membuat jebakan demi jibakan kata. Puisi ini masih mengambang sepertinya. Entah apa gerangan makna yang hendak diurai.
Hitunglah berapa kali mundur, berapa kali tutup. Ah, ada-ada saja. Tapi, ups...sepertinya puisi ini menyimpan seikat motivasi yang bersedekat dengan sejumlah instruksi. Serasa ada magnet yang membuat kita enjoy membacanya.
Karena puisi bukanlah mimbar, maka ada baiknya Nurjannah mencari gaya ucap yang lebih elegan. Mari belajar sampai nanti...

Ruang Belajar: Bongkar Karya Afifah



Ruang Belajar: Bukanlah tuang justifikasi sebuah karna berjenis kelamin puisi. Semata mengasah senjata kritik yang teramat tumpul dan berkarat di mulut Muhammad Asqalani eNeSTe. Untuk itu, izinkan saya berargumentasi, mengapresiasi puisi-puisi teman yang budiman. Seala kadarnya ^_^

"awas"
kit.. kit.. kit...
lama-lama menjadi bukit..
terus sakit..
sakit menggigit..
hati menjerit..
oh suliit...
mencapai bukit..
jatuh terhimpit..
ternyata...
ahhh... di cubittt...... !!

"pemilu"
pemilu
ngibul lagii.. ngibul lagii..
partai jualan janji..
setiap lima tahun sekali..
kerjaanya cuma begini..
ngibul lagi.. ngibul lagi..
eh, partai jualan janji..
yang penting dapat bnyak kursi..
tk ada lagi harga diri ..
berlomba-lomba utk korupsi..
wahai penguasa negeri..
senandung pemilu mu ini..
tk berguna sedikitpun utk kami.....

“Awas“ adalah puisi main-main yang mampu mengakali kita. Puisi yang semula mengiring kita ke dalam kata demi kata yang mengait rasa ingin tahu. Eh, ternyata dicubit. Puisi memang adakala tidak perlu dianggap filsafat tempat mengerut-lipatkan dahi.
Dan “Pemilu” kurasa Andai penguasa yang tidak tahu diri akan cuek-cuek sobek. Karena bagaimana pun munafiknya, manusia tetaplah menyimpan hati. Meski tak jarang kita menganggap bahwa sekian penguasa di negeri ini mengalami gagal hati. Puisi yang terang. Membimbing kita ke arah perenungan yang menohok.
            Kedua puisi ini berhasil menyampaikan amanat. Terang dan menerangkan. Tapi barangkali afifah mesti paham dari mana asalnya titik-titik yang tidak penting ini. berikut huruf-huruf yang disingkat, yang sedikit banyak merusak etika penulisan. Salam perbaikan untuk Afifah. Kamu Berbakat ^_^

Senin, 21 Januari 2013

X-Poems: Puisi-puisi Ganjar Sudibyo, Slasa 22 Januari 2013


SHENANDOAH*
:mairead nesbitt

di biola, cahaya-cahaya merayakan nada-nada
jemarimu adalah langit yang menggerakkan awan;
orang-orang meletakkan syair-syair dari negeri celtic
pada detak jantung mereka di bulan yang menghentikan
segala musim. lalu inilah yang kusebut suara itu:
dawai-dawai telah membentuk seluruh mitos
jadi telinga kesunyian.
di biola, hanya di biola yang kau pertemukan
aku melihat tak ada orang bercerita tentang
kematian dan ketakutan. sebab jemarimu
merentangkan arah mata mereka
menuju dongeng-dongeng yang memang
benar-benar tidak bisa diterjemahkan
melampaui gesekan waktu


2013



THE VOICE*

“come and follow me”

sebuah tarian dimainkan, orang-orang mendebarkan tubuh mereka;
suara-suara. kalian memintanya. suara-suara. kalian mengharukannya

sebuah tarian dimainkan, suara datang bergantian; inikah sepanjang
penantian yang menyusun celah-celah pergantian?

kalender tiba-tiba menggulung dirinya. lalu meredam segala
suara. almanak itu memilih untuk tetap berusaha menemukan
bagaimana caranya mengayunkan suara-suara pasi


2013


*) judul-judul ini merupakan judul lagu dari sebuah album celtic woman



SUARA YANG BERGETAR

tersebutlah orasi yang panjang dari partitur-partitur
ini bukan nama sebuah band, katamu
dentum-dentum timbal telah diterjemahkan sebagai
ketukan yang mengatasi persentuhan nada dan tema

kami melihat kalian, dan cara kalian  merayakan
ulang tahun bagi cahaya-cahaya yang muncul
melalui panggung menuju rambut-rambut
kalian yang memilih untuk digeraikan
oleh angin-angin yang muncul
dari pepohon bermahkota besar

malam ini seorang perempuan yang bergaun
tampak jadi seperti perlambang lagu yang berputar
tanpa bisa mencapai nada terakhirnya


2013



Ganjar Sudibyo yang memiliki nama lengkap A.Ganjar Sudibyo dan nama panggilan Ganz ini lahir di Semarang. Seorang mahasiswa psikologi Undip yang intens berpuisi dan menulis esai di berbagai media, mengikuti lomba, antologi dan forum diskusi sastra. Saat ini sedang bergiat dalam komunitas diskusi MEMETICS dan ikut mengelola komunitas sastra LACIKATA Semarang. Buku sepilihan sajaknya: “Pada Suatu Mata, Kita Menulis Cahaya” sedang dalam proses terbit. Blog pribadinya: ganzpecandukata.blogspot.com





Kamis, 10 Januari 2013

X-Poems: Puisi-puisi Bagus Burham, Kamis 10 Januari 2013

Seguliran Rasa yang Menentukan Kebahagiaannya
perasaan  1:
awan kugambar dengan krayon imajiku,
mataku sebentir matahari pertama yang meluncur
menunda masalalu;memendar menebar esok
aku memulai melukis senyum lengkung
kepada kuning matari

perasaan 2:
cola bercampur dengan kacang tanah di dalam lidah
angka melesat di papan skor penuh rumput gejolak
sambutan aplaus membahana,menggoyah televisi
aih,mataku menjaga tendangan tendangan para pelari
menempuh lubang gawang tangan penunggu

perasaan 3:
bunga sebuket bunga kugadaikan hatiku tertulis namamu
coklat sebatang coklat kuukir janjiku di paling palung
kata sedalam kata,kuuarkan di lubuk paling ceruk
sayangku,mabuk rembulan pesta berdua
angin,kelelawar buta,daun bergerak jatuh,merajut malammu
ku kecup lembut keningmu,selamat mimpi
dengan hadiah penuh rahasia rahasia tentang makna:cinta

perasaan 4:
mataku mendengar lagu sunyi paling
lidahku meniru kata kata layang mengambang
telingaku melihat percakapan burung yang merdu
sajak ya sajak! kemarilah,basuhi aku racun cumbu

2013


Detik Lelap Berlalu
--mata yang menebar merjan berputik langit biru
kerdipnya yang ungu menambah himpit selubung rindu,-
lalu aku,merekamnya luruh,seribu semut berjalan beriringan
menuju panggung kehidupan penuh manisan
atau melawan badai hujan jarum raksasa satu inci--

daun tertunduk dari mati,menulis epitaf sunyi:
di sisa umur kami,
tulang rambat hijau
tempat bernaung burung
kami telah tuntaskan
warna hidup,kehidupan

lalat merebah mati,terhimpit parfum:
genderang perang di atas tumpukan sampah
bintang buah penuh belatung
moga membenamkan kami dalam lidah
:menjilami sisa dari busukmu

bunyi bunyi seperti berhenti
melambat detik yang terpejam sedikit
angin melamban,engkau di sapu serpih debu
ia tak mengatakan apa apa,cuma mengganggu
debu debu membentuk dirinya dari sisa nafasmu
yang dibuang menempel di kaca jendela

arloji bimbangku terus berkutik
jarum memutar tubuhnya,menitih tik-tik
senyum jam datarku,dunia di buat berputar putar
mengalmarhumkan segala yang berlalu
kecuali kenangan yang memiliki pulsa
agar ia di tetapkan teringat
dan di ambil tuhan
:mata memejam

2.
menggelantunglah jambu mete di tubuh doa
yang disemai para pengiklas kacang untuk berlebaran
:menanti meski barang sekunyah dan segenggam kacang
namun,kami adalah penyabar yang terlampau sabar
oleh keadaan tak tabah

bersemikanlah musim yang menuntun cinta pada kita
kubuka cakrawala dari berbagai permulaan;
hari yang menantang waktu untuk melebarkan senin
:mematuk tubuh ngantuk dari lubuk remukku
-supaya kami lebih berhati hati,tahun ke tiga belas
dari milenium ini,lebih banyak jebakan para penipu
yang bersarang di liang kesempatan-kesepakatan
meremas remas jantung bumi yang tak lagi sehat;
melaseri kornea bumi yang telah cacat;
mengamcam kepala bumi yang gundul

3.
usiakan waktuku-waktumu,
ia berlalu tanpa permisi
melenggang ke lubuk paling bumi

2013

Modern Myth

alkisah,yang selalu terbenam diantara sampul dan kutu
terlipat ganjalan dirinya sendiri dan berbau busuk
saban waktu melewati biasnya terik matahari
sebuah buku berjalan jalan sendiri dianta rak rak
yang diam membatu.

dia bertemu sebuah buku sonet yang menceritakan
ihwal cinta.dan tumbuhlah cinta diantara dua buku itu
tak lama setelah mereka saling membaca-- melampiaskan
hasrat,buku mesti menjelajah ke sisi lain bumi perpustakaan.

ia berjalan mengamati judul judul yang belum dibangunkan
oleh tangan penggairah.lalu ia bertemu sebuah buku
tentang kisah anak amerika yang ditulis seorang buta warna
merekapun saling bertukar cerita hingga salah satu tubuh
buku anak amerika itu terlepas dan sobek.
dengan berat hati buku meninggalkannya,karena lapuk
telah memakan tubuhnya.

dengan kesedihan yang mendalam,buku berjalan lagi
menyisir rak demi rak hingga kebelahan lain
lalu ia sampai ke puncak dunia perpustakaan
dimana hanya ada jendela yang menganga
iapun lompat—terbang keluar bumi pustaka
menuju angkasa galaksi yang lebih luas…

2012

Bagus Burham,lahir di Kudus,31 Agustus 1992.Bergiat di Kopi-Kudus.Puisi-puisi termuat di beberapa media seperti;Radar Seni,Harian Lahat,Koran Cyber,Buletin Jejak,Jurnal Santarang,Frasa, dan Suara Merdeka.Antologi bersamanya yang terbaru:Dari Sragen Memandang Indonesia(DKDS-2012).

Selasa, 08 Januari 2013

X-Poems: Puisi-puisi Jumardi, Selasa 8 Januari 2013

 
MUSIM HIBA

Aku pernah bertemu dengan kemarau
Melihat anak-anak menangis kehausan
Ayah-ayah yang bingung berkepanjangan
Dan ibu-ibu yang menghiba-hiba kepada Tuhan

Lalu aku bertemu  dengan hujan
Saat kini sudah bertahun-tahun kemarau

Aku melihat petani-petani kemalangan
padi-padi mereka kebanjiran
gagal panen
kota-kota pun kebanjiran
aku bertemu pada demontsran
di simpang-simpang kemacetan


KIYA(I)AMAT

jam mengukur waktu
pukul enam pagi esok hari
matahari mungkin tak muncul lagi

kenapa ada riuh
yang keluh berpeluh
mengeluh diri lusuh-lusuh
dosa yang tak bersembuh
melihat musuh-musuh

matahari benar-benar  tak muncul
langit runtuh
bumi tak utuh
menggilas yang tak patuh


CERMIN
: eNeSTe

Kaca ini memandang sinis diriku
Melototin mataku
Memarahi wajahku
Kakiku, tanganku, telingaku, mulutku,
dan kepalaku
Hei ! ada apa denganku?

Aku meneriakinya
Membalas kemarahannya
Membalas caciannya
Menunjuk wajahnya
Dasar tak tau diri !
Kapan kau mau berubah, hah!


Jumardi, Dilahirkan di Sebuah desa di Ujung Riau yang bernama Belantaraya, kecamatan Gaung, Indragiri Hilir. 7 Agustus 1988. Menamatkan Alifan sebelum dimasukan ke pesantren Nurul Islam di Belantaraya. Sekarang sudah menamatkan pendidikan sarjananya di Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis UIN Suska Riau. Aktif di Forum Lingkar Pena Cabang Pekanbaru sebagai Koordinator Kaderisasi. Ia termasuk dalam kelompok Angkatan Lima Negeri Sastra 1 FLP Pekanbaru. Ia pernah menulis Puisi, Cerpen, Resensi, Esai, dan Artikel. Beberpa karyanya pernah terbit di Expresi Riau Pos, Ranggi Riau Pos, Metro Riau, Koran Jakarta, Buletin Asy-Syams, Majalah Frasa dan beberapa website. Mungkin beberapa bukunya akan terbit tidak lama lagi. Bagi yang ingin membaca karya-karyanya silahkan buka blog pribadinya www.catatan-jumardi.blogspot.com dan ushuluddin-uinsuska.blogspot.com.







Senin, 07 Januari 2013

X-Poems: Puisi-puisi Sri Nurhayati, Selasa 8 Januari 2013



PADA EMBUN PAGI

tetes menggelosor
dari sepucuk menawan menarinari
gamang

usah risau
tetesmu sesusu ibu semesta menyiram kerontang
                                                    mengalir harapan
di esok menghijau

Formosa, 08012013.

PELAYARAN KITA

dan kita yang terus berlayar dalam altar dialog yang tak kita namai,
saling mengayuh menggerakan perahu di pelabuhan rasa
yang entah akan kemana.

membaca gelombang rasa,
                         melaju saja,
dan pada sekian kayuh kita mungkin akan menemu arah
                                                                                       dari sebuah pelayaran.

Pada dadamu, aku berteduh dari gemuruh.
Rinai bahasa kalbumu yang meluruhkan keruh.
Aku ingin terus di sini, di kapal yang kau nahkodai,
hingga pada bibir pelaminan,
                                           melabuh bersama di daratan kesucian.

begitu aku yang mengartikan riak yang kau terka.

Formosa, 04012013. 16:28


Titah Sang Tuan

melengking peluit
di peron kereta tak jalan

Formosa, 311212.

MELUAH DIAM

langit berselimut mendung
menyembunyikan riangmu dalamdalam
ada sebilah di raut wajah diam
menghujam

angin tak lagi berbisik
tentang guguran
debudebu menyumbat aliran
meluah diam di tepian debaran

entah sampai pada musim yang entah
masih mentah dalam kancah

Formosa,281212.

Sri Nurhayati. Bergiat di Komunitas FLP Taiwan. Bersama kakak kesayangannya; Bunciz (Muhammad Asqalani eNeSTe) mereka sibuk membangun candi kata. Seperti permainan masa kecil bersama basah pasir di pantai/di sungai.
 
Template Design By:
SkinCorner