Rabu, 05 September 2012

X-Poems: Puisi-puisi Oscar Ardi



TAMAN HATI

sekuntum bunga mawar merah
kupetik buatmu kasih
datanglah berkunjung
ke taman hatiku
kuntum-kuntum bunga itu mekar mewangi
bertuliskan namamu

ketika malam memasuki peraduannya
kulukis wajahmu di cahaya rembulan
membawanya ke kisi hati merindu

datanglah!
kupetikkan mawar tak berduri
yang tangkainya dari tulang hatiku
kau pasti menyukainya

(kotadebu, maret 1980)



KATAKAN RINDU ITU INDAH

katakan  rindu itu indah
engkau tersenyum, mencibir
duh!
menyesak terasa di dada

katakan rindu itu indah
bila kau malu di hati
aku takkan bertanya ke tiga kali
izinkan aku membaca tanda-tandanya
pada sekeping rindu di binar matamu

(oh, angan melayang mendekap rindu)

(kotadebu,  september 1980)




MUSIM TELAH BERCERITA

musim telah bercerita tentangmu gadis
aku terpaksa melabuh hasrat itu
menepikan angan
pergi menjauhkan harap
mencari cinta di taman-taman bunga
seperti; seekor kumbang
menerbangkan bayang-bayangmu
sampai angan tak berbekas
pada cermin hatiku

(kotadebu, oktober 1983)



KITA HANYA  DEBU

bumi ini sebesar telur
terlihat dari bulan tidur
bila tanah tumpah persada
hanya secuil nama pada peta dunia
sebesar apakah ibukota negara ini?
dan kita sebentuk apa di semesta?

(nyaris, bagai debu yang menempel
di daunNya)

(kotadebu,  januari 1983)



SEPERTI  PADI

lihatlah padi menguning kuning
benih di semai hijau berurut
satu-satu di tanam dengan irama
mengalirkan air dan menjaga ritmenya
banting tulang; kesetiaan di hamparan lelah
bermandi terik dan keringat tumpah
tanah rengkah, panen menjadi emas
bulir-bulir padi bernas berhias makna
padi merunduk, sujud pada tanah legawa
semakin berisi, makin menunduk
seperti padikah kita?

(kotadebu,  maret 1984)



PADA MALAM

malam adalah rumah jiwa
mencampakkan kesah sejuta penat
membariskan darah di pelupuk mata
melepas geliat dan semburat hati
melabuhkan cinta ke ujung hasrat
menyemai angan dalam mimpi
melukis wajah kekasih di cahaya rembulan
memetik binaran bintang-bintang di langit
berteman ribuan kunang-kunang menyelusuh fajar
membenam sujud di sepertiganya
menghujam do’a  di lubuk cahaya
taffakur  muhasabah cintaNya
di sepanjang malam tersimpan misteri lalu
membawa mimpi-mimpi ke rumah pagi

(kotadebu, oktober 1986)



AKU PELINTAS SEPI

aku pelintas sepi
berteman kesunyian malam
hingga fajar menjilati embun
memecah pagi mengunduh cahaya
menyeduh rasa di secangkir kopi

aku pelintas sepi
berkelana memetik angin
membelai terik mentari
meredupkan mendung
membingkai di hati

aku pelintas sepi
berjalan ke muara cinta lalu
mendiamkan luka
menikamkan ke samudra kata

aku pelintas sepi
berteman sunyi ke larut malam
menanti fajar menjilati embun
pada sesunyi-sunyi hati di sepiku

akulah pelintas sepi
pada malammu

(kotadebu, april 1987)


Oscar Ardi* (1980-1987)
*nama pena Oscar Amran
 Bakat Penyairnya kini jatuh kepada Anak Lelakinya; Muhammad Asqalani eNeSTe
Bermastautin di Kota Bogor
Beberapa puisi termaktub dalam Poetry Poetry 1 & 2 di Amazon.com


 
Template Design By:
SkinCorner