Kamandaka
telah kudengar riwayatmu jauh sebelum matahari menikahi laut. tentang perempuan manggis yang kau petik dari bukit pasirluhur. dan pertarungan dengan raksasa pulebahas sampai namamu memprasasti abadi pada ranah serayu.
namun, bukankah kau lebih dulu lari dari tangan-tangan paling besi yang kini telah samadi dalam jiwa-jiwa manusia. yang menyemai segala ladang dengan benih-benih mesiu. dan kepekaan airmata selalu mengalir untuk memaknai segalanya.
darah. adalah bahasa paling nurani sebelum peluh bisa bicara. lalu untuk apa kau datang kepada kami?
perempuan atau kemanusiaan yang telah menjadikanmu lutung. tetapi kemanusiaan nampak lebih ranggas daripada batu. dan aku terlalu nglamut untuk sekadar tahu sejarah kematian.
hati.
Purwokerto, 2012
Khuldi
di dalam surat-surat
yang kau firmankan padaku
ada riwayat percintaan adam-hawa
sampai pengusiran terhadap mereka
dari ranah surga
tak tahu betapa mahal bebuahan khuldi
namun, peristiwa yang terjadi berjuta abad silam
cukup menjelaskan
sebagai anak mereka
aku terima sepah khuldi tumbuh
di leher, dada, zakar, bahkan di kelamin
tahukah kau sepah-sepah itu pun menciptakan
sesuatu pada diriku?
serupa arus yang begitu gemuruh ngalir nuju
muara batin. Dan di sana menyatu jadi birahi
paling ombak yang menghantam karang kesucianku
seringkali kunikmati diri yang diperbudak olehnya
sampai menghapus segala cinta yang kau titipkan
dalam jiwa
dan akan kau tulis peringatan
dengan isyarat angin paling pisau,
bahkan hujan batu seperti pada kisah kaum Luth
sehingga menciptakan aroma kiamat
yang wingit di tanah ini
sementara khuldi selalu tertanam
dan menjadi berhala bagi jiwa yang lupa
Purwokerto, 2012
Bilangan
sesekali, kita harus belajar mengukur bilangan pada temali
yang mengebat pantat agar kaki berlari lebih lesat
sebab terkadang usia menghilang begitu saja tanpa
meninggalkan seucap takzim, pun jejak yang lenyap pada gaibnya
ujung-pangkal sebilah penggaris merupa kelahiran dan kematian
tapi kita tak tahu di angka mana masa aktif detak jantung akan habis
sebab alat hitung tak mampu mengukur bilangan takdir
dan aku melihat matamu mengandung bilangan ganjil
namun aku merasa memiliki bilangan yang genap
bukankah itu lebih baik karena mengamini kematian yang berbeda
mestinya, kita sudah menziarahi angka-angka lampau
dan mengggali angka-angka berikutnya dengan laku yang sederhana
karena mungkin itulah batas keseruangan kita
Purwokerto. 2012
Rumah
aku telah menuai kepulangan
mawar tetap melahirkan duri pada tangkainya
tapi kelopak yang tak pernah rekah dengan sempurna
masih memendam benci, diujungnya basah embun
tak henti menyiram sejarah yang terurai
di kehunian itu
rayap dan lumut rimbun di daun pintu
memalingkan tangan untuk mengetuk
dari kaca jendela yang berlubang
terlihat meja tamu masih berserak gelas sunyi
juga ampas kopi yang pernah teraduk
sebelum jeritan anjing isyaratkan kelahiran sejarah nestapa
barangkali ia telah merupa makam
Lemahpager, Juli 2012
Mata
sebuah mata menangkap rintikan cahaya dari langit berwarna airmata sebening mataair. menjantung dan ngalir deras dalam batin yang piatu. diam-diam ayat tuhan terbaca mata sebagai suara dan cuaca hijau bersujud sedalam keheningan laut. mata waktu tak pernah berkedip untuk menghitung doa setajam detak-detik. suatu paling kejam yang dapat membuatnya terpejam. mengubur sisa-sisa napas mata.
Purwokerto, 2012
Irfan M. Nugroho, lahir di Purwokerto, 16 Agustus 1992. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Bergiat di Sanggar Lemah Pager dan Diskusi Angkringan Malam Senin. Aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Tulisannya dipublikasikan pada beberapa media seperti Minggu Pagi, Merapi, Cempaka, Majalah Mayara, Satelit Post, Riau Post, dan Buletin Serayu. Dan tergabung dalam antologi bersama seperti Mata Menatap Mata (Teater Saron, 2010) dan Pilarisme (An-Najah Press, 2012) Alamat rumah: Jln. Sarwodadi Rt : 03 Rw : 08 Kel. Purwokerto Kidul, Kec. Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas. Kode Pos : 53141. Nomor Hp: 089654154131. Email: irfan.nugroho10@yahoo.com. Rekening: Bank BRI cabang unit Dukuhwaluh-Purwokerto, nomor rekening: 6829-01-008372-53-6, atas nama Irfan Ma’sum Nugroho.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar