Selasa, 31 Juli 2012

X-Poems: Puisi-puisi Oscar Amran

 
KASIH SEMATA WAYANG

Sepanjang nafasku masih bertasbih dalam api cinta
tak kuhirau bayangan lain menduakan cintaMu
menerjang dalam badai yang anginnya meninabobokkan
mengombang rindu dan mengorbankan harkat cinta
merayu atas nama segalanya, kenikmatan duniawi utama

Kekasih, jangan tinggalkan walau sekejap detak nadi
dan nafas bertarik mundur sesaat
dengan cintaMu yang kudamba
masih belum sempurna getar rindu mendera cinta
yang ku inginkan memandikannya dengan embun surgaMu
ya Latif, ya Latif !
dalam tasbih cintaku
kurendam kerasnya api cinta dunia.

(bogor, 28/7/12)


DALAM LELAP DI MALAM KE LIMA

membiarkan mata terpejam mencari lelapku malam ini
dalam tidurku yang hanya sekejap
tiba-tiba aku dihadapkan bayangan berselimut mengerang-erang
memintaku mengambil sebuah buku di atas meja di sudut kamar
bertuliskan aksara indah yang tidak bisa dimengerti maknanya
lenguhan panjang dan deheman membuatku tersentak
tangan-tangan dengan jemari panjangnya melentik
menyisiri pinggir ranjang merayap perlahan, mendebarkan jiwa
hendak mencengkram tubuh gemetarku
bayangan itu berdiri,
lalu mengambil pedang panjang; mengibaskan dan meluncurkan ke uluhatiku
aku terpekik; oouuch!!
bersama pedang bayangan itu menelusup tubuhku
tanpa bekas darah, menceraiberai isi dada,
menembus punggungku rasa terbakar panas dan sakit luar biasa
erangpun bertalu-talu, seperti nyanyian kelompok manusia batu
berguling, merentak, mengapai-gapai dan berteriak kegilaan
hutan lebat lembah kematian; menyergap
kusebut namaMu; berulang meratap panjang
melerai sengat bara yang melepuh pori-poriku
aku terbangun gegap; nanar menatap langit kamar,
hendak bertanya; aku menyelusuh di dinihari
dalam penerawangan dengan buku itu di tangan

(25/7/12; 05 Ramadhan 1433) Edit : 30/7/2012

DALAM SEBUAH KENANG 3

saat hijrahku melalang langkah
terbawa arung kembara panjang
dalam persinggahan di kota ini
sebuah kenang menyeruak tanya
masih ingatkah kau?
pada pincuran bambu di belakang rumah kita
atau pada potretku yang pernah engkau lempar dengan kayu?
bila ingat itu kawan,
aku tersenyum mengenangnya

dan bila kenang itu melintas kembali
dapatkah mengalirkannya ke hulu kata?
sedang menghilirkannya tidaklah mudah!
tiada kata, tiada makna
bukan apa-apa!

Jkt, Juli 1997


Oscar Amran yang dulu memiliki nama Pena Oscar Adri. Meninggalkan sastra selama 20 tahun. Jumlah Puisi sangat luarbiasa, dan andai dibukukan tak kurang dari 5 Kumpulan Puisi. Nanum kurangnya niat memelihara karya pribadi, semua tulisan tersebut raib tanpa jejak. Juni 2012 adalah awal semangatnya nyala kembali. Bak api suci, tema Ketuhanan (Islam) pun kerap diangkat. Dan 3 Puisi di atas diculik langsung oleh Muhammad Asqalani eNeSTe, leleki yang memanggilnya Ayah.

1 komentar:

  1. Alhamdulillah,terima kasih nanda Asqa, Muhammad Asqalani Eneste, puisi ayah sudah di publikasikan di ruang sastra yang indah dan menyejukkan hati ini. Paling tidak ada rekaman/arsip dari karya-karya ayah yang selama ini terabaikan. Semoga karya sederhana ini bermanfaat dalam menambah khasanah kesusastraan kita. Salam sastra hangat berjaya.

    BalasHapus

 
Template Design By:
SkinCorner