Ruang Belajar:
Bukanlah ruang justifikasi sebuah karya berjenis kelamin puisi. Semata mengasah
senjata kritik yang teramat tumpul dan berkarat di mulut Muhammad Asqalani
eNeSTe. Untuk itu, izinkan saya berargumentasi, mengapresiasi puisi-puisi teman
yang budiman. Seala kadarnya ^_^
BENGAWAN
SOLO
deru pesona yang memikat tasbihi selalu ruang rindu bila sekali 'lah bertemu, menjadi syahdu hati pilu serasa ayu.
semilir dedaunan pinggir sungai goyangkan diri tango-tango bagai suara wanita yang mengaung tanpa kira tanpa sekali jedah dan sapa koma.
lambai ombak mengayun penuh makna getar lirih dalam dada candu mata tasbihkan suara menyeru rindu asma-asmaNya yang mencipta segala itu.
hadir sampan yang meliuk-liuk diterpa ombak bagai bintang-bintang langit malam yang sinari bumi pikat seluruh mata untuk berbisik-bisik kagum tak akan berpaling walau sekejap saja.
mungkin sedikit itulah kata yang lukisi ayu sungai yang bila seluruh manusia memandang tiada pernah ragu untuk melepas kata satu
: rindu datang bertamu.
Canditunggal, 2013
deru pesona yang memikat tasbihi selalu ruang rindu bila sekali 'lah bertemu, menjadi syahdu hati pilu serasa ayu.
semilir dedaunan pinggir sungai goyangkan diri tango-tango bagai suara wanita yang mengaung tanpa kira tanpa sekali jedah dan sapa koma.
lambai ombak mengayun penuh makna getar lirih dalam dada candu mata tasbihkan suara menyeru rindu asma-asmaNya yang mencipta segala itu.
hadir sampan yang meliuk-liuk diterpa ombak bagai bintang-bintang langit malam yang sinari bumi pikat seluruh mata untuk berbisik-bisik kagum tak akan berpaling walau sekejap saja.
mungkin sedikit itulah kata yang lukisi ayu sungai yang bila seluruh manusia memandang tiada pernah ragu untuk melepas kata satu
: rindu datang bertamu.
Canditunggal, 2013
Melukis Tubuhmu
kumelukis tubuhmu pada butir-butir ke-tuju
merengkuh ayu luka waktu
membahana jiwa hingga biru
rubuhkan jernih telaga -cinta
setelah itu kutelusuri hingga nyeri merintih
sepi kemudian -guyur abadan
: kunci
lalu kupeluk serta kuhangat kalbu
kurasakan jiwa kurasakan detaknya
tak sanggup -memangku tak sanggup
tasbihi senyum pipimu dalam memori diri
-ibu
Jember, 01092012
SAYA kira puisi itu
serius yang main-main atau main-main yang serius. Ia hemat sekaligus mubazir.
Bagaimana tidak perihal sepanjang tali beruk bisa dipadatkan dalam puisi atau
satu kata, misalnya mandi, bisa jadi dibikin begini: air menentukan kelokannya
sendiri, di atas tubuhku yang buih sabun.
Membaca puisi-puisi Moh.
Fauzan di atas, saya menemukan semacam ketekunan atau keseriusan penulis untuk memulung kata dalam satu ranah
yang kadang entah, sebab rima yang dibunyikan terdengar terpapah pun tertatih.
Jika kelak dan seterusnya Fauzan tetap berupaya giat di jalur dan lajur puisi, tak
tertutup kemungkinan ia akan menjadi narator yang baik ruang sekaligus raung
tetubuh diksi. Semangat membaca lagi dan lagi, Selamat menulis dan menggali
diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar