Pulau Kesepian
Ingatanku kepadamu itu seperti lepas laut,
yang membentang antara dua pulau kesepihan
yang terbakar bertahun-tahun.
Sedang di dadaku pendar ngilu,
tempat setiap luka tumbuh.
Pra(sisi)
Seperti angin yang santun di pundak ilalang
terlanjur memekarkan gaduh.
Rupanya ciumanmu begitu layu melayang
lalu mengelinding ke dalam mimpi.
Tafsir
Jadi apa yang engkau pilih sehabis gerimis.
sebutir air yang menjadi pelangi?
Ataukah sekerat nyala yang
melumerkan wajahmu dalam retak bayangan
Elegi
Di hari engkau memintaku untuk pergi
semalaman gerimis rekah dikelopak mataku
Sejak itu kuputuskan untuk belajar
Ingatanku kepadamu itu seperti lepas laut,
yang membentang antara dua pulau kesepihan
yang terbakar bertahun-tahun.
Sedang di dadaku pendar ngilu,
tempat setiap luka tumbuh.
Pra(sisi)
Seperti angin yang santun di pundak ilalang
terlanjur memekarkan gaduh.
Rupanya ciumanmu begitu layu melayang
lalu mengelinding ke dalam mimpi.
Tafsir
Jadi apa yang engkau pilih sehabis gerimis.
sebutir air yang menjadi pelangi?
Ataukah sekerat nyala yang
melumerkan wajahmu dalam retak bayangan
Elegi
Di hari engkau memintaku untuk pergi
semalaman gerimis rekah dikelopak mataku
Sejak itu kuputuskan untuk belajar
memenjarahkan perih dalam bisu sajak
Kepulangan
Jalan sepanjang ingatan,
ingatan sepanjang jalan
Jalan sepanjang ingatan,
ingatan sepanjang jalan
Ake Nera Atakiwang. Kelahiran 13 September 1986, di
timur Indonesia, tepatnya Larantuka, Nusa Bunga- NTT. Kala kecil gemar,
menendang bola, dan menyanyi, kini tengah menempuh pendidikan tinggi di
sebuah perguruan tinggi di Jakarta, jurusan Hukum. Sehari-hari sibuk
membaca dan meluangkan waktu untuk menulis puisi sebuah minat baru yang
mulai ia tekuni beberapa tahun belakangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar