http://alixbumiartyou.blogspot.com
Aku selalu membayangkan kau tersenyum di hadapanku
Lalu berpikir, jika aku menjelma sebagai Tengu
dan kita dapat menikmati hening kota yang pulas
Namun waktu terasa cepat, sayang
kadang-kadang seperti berhenti dan nyaris tak ku dengar denyutnya
Seperti Bhopal Disaster hentikan dengus nafas perempuan dan
bocah-bocah di negeri Gandhi
sementara,
kau asyik berdansa di otakku
tepat dimana kau dan aku, dulu
Oh, lagi-lagi kau tersenyum sayang dalam hening kota yang pulas,
pada secangkir kopi malam itu
Pekanbaru, Des 2013
Tak Ada Judul
Ada suatu masa, dimana kita mulai lelah, sayang.
Ketika terucap kalimat yang sebenarnya tak kita sukai, aku pun kau.
Namun,
kita masih bisa saling memahami, menguatkan lalu kita pun lupa.
Ya, kita paham. Lalu untuk apa kau pertanyakan, lagi?
Bukankah pada penghujung hari,
pada perjamuan di ujung tahun kita sudah benar-benar lupakan?
Seperti yang selalu aku kiaskan, pada percikan air saat hujan.
Ada riak, lalu tenang tak berbekas.
Desember, 2013
Tak Ada Judul (2)
Kita tak pernah tau, sayang
Tentang akhir perjalanan,
saat kita susun beberapa waktu yang lalu
Kita coba merumuskan, dan hanya bisa menerka.
Barangkali masih ada dalam memorimu
Pada pertengahan jalan, langkah kita mulai goyah
Dan kita, nyaris melepas pegangan
Ada hal yang selalu menguatkan kita
Dan kau masih ingat bukan?
Saat awal perjamuan kita, aku selalu bercerita
Ya, tentang sepasang Ceno di hadapan Andiko.
Desember, 2013
Yo Te Amo
sulit membedakan,
antara kebodohan dan ketulusan di sini,
pada sebuah cinta yang cacat
Pekanbaru, Desember 2013
Delvi
Adri, Kelahiran 13 Oktober 1987. Alumnus
prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UIR. Puisi-puisinya dimuat di laman Riau Pos,
Metro Riau, Medan Bisnis, Majalah Sagang, dll. Aktif mengajar di COMPETER
Session 1. Bekerja sebagai wartawan di media cetak. Bermastautin di Pekanbaru. 081378982223