Senin, 12 November 2012

X-Poems: Puisi-puisi Pemenang Apresiasi Sambung Puisi COMPETER






tenggelam setelah mendayung

embun bertasbih
membasahi daundahan
pohon puisi
pohon diri
sunyi menanam benih
di tanah naluri
Tuhan, siapa menanam benih siapa?
Jika sunyi adalah fana
dan fana adalah sunyi
dimana ku temu pohon diri?
tidak!
dan kita melebur dalam puisi
bermain petak umpet pada kata-kata
Aku bersembuyi Kau dimana?
Kau ada Aku dimana?
lantas Aku memilih
seruling bambu untuk
mengusir lelah
dengan bebunyian indah
terbuka dan tertutup
adalah sama
lelah tidak lelah
tidak berbeda
sebab sunyi dan ramai
adalah Kau
ah… sungguh, begitu mesra.

Tuhan, adakan hak untukKu memilih
meski itu juga pilihanmu
Aku akan menjadi seruling
terserah Kau
ingin membunyikan nada apa saja
yang penting, Kau
yang membunyikan
bukan alam kepala dalam
atau Aku memilih sebagai
kayu apa saja
dan terserah Kau
hendak menjadikanku apa saja
tetapi, memilih dan dipilihkan
sama saja bukan?
hahaha

matahari mulai bertasbih
embun masih bertasbih
mengering dari daundahan
pohon puisi
pohon diri
pohonMu juga
Kau buahkan kan?

Semarang, 12 November 2012

 
Jhody M. Adrowi
Pekik Tilam Nilam Hijaiyah
;dzikir fikir roma kesturi

Embun bertasbih, membasahi daun dahan pohon puisi. pohon diri. sunyi menanam benih di tanah naluri. Tuhan...! kala rintih meringkik di garis jerit ibu. ku rangkai akar hijaiyah dari tinta darahnya, ku lawatkan sajak pada beribu malaikat di sambung sanjung tembang nembang. 
keram geram, di dendang hasub kujur tubuhku. tertata tingkak tataku, sampai kejora membintang di benih air mata mata airmu. 

Tuhan...!
saat diri membungkam, berhamburan seluruh hijaiyah yang bersemedi di tubuhku, hingga tulang-tulangku melupa dendang dimana lambang rindu mekar pada putik ranum kesturi. 
Dimana kan ku susun kembali, sedang tintaku kerap karat dalam gersang darahku.

Bismillahi majrieha wamursaaha
ijinkan ku kibarkan layar kembangku di didah dada ini, sampai ku arungi lautan samudra di pipi ibu. ijinkan kembara ini menukik semedi paling sakti dari liuk lekuk tubuh ibu. hingga aku adalah petapa sebagai segara di dadanya.

*Sakehing kan dumadi makardi
lir Hyang Widhi kan tansah makarya
nguribi jagad tan leren
surya, candra lan bayu, bhumi, tirta kalawan agni
peparing panguripan
mring pamrih wus mungkur
anane nuhoni dharma
iku dadya sastra cetha tanpa tulis
nulat lakuning alam

**Semua yang ada ini berkerja
bahkan Tuhan pun bekerja
menghidupi dunia ini tanpa henti
matahari, bulan, angin, bumi, air dan api
semua bekerja demi kelangsungan hidup tanpa pamrih
dasarnya hanyalah merasa wajib
alam adalah “ilmu nyata”
kita wajib meniru dharmanya

Inilah tembang keramatku, ku basuh bersama karat keris sang empu, dan kusucikan pada setiap melati ziarahkan wanginya, dan akulah hamba yang lahir dari rahim sang ibu. Menata hijaiyah di pelataran maiyah rindu.

*tembang jawa (dandanggula).
**artinya

Yogyakarta, 12, November. 2012


Kaleidoskop Silang

Embun bertasbih
Membasahi daun dahan pohon puisi
Pohon diri
Sunyi menanam benih di tanah naluri
Tuhan genap-genap langkah ini kau ganjilkan bersama cobaan
Mengigil sekujur tubuh reyot dilepuh waktu;
Semi belikatkan dingin
Esok adalah musimku
Jangan Kau ganggu gugat!
Ini semiku
Semi berbuncah setengah jiwa setengah gila
Ini semiku
Jangan Kau ganggu gugat!
Atau aku mengugat di lapisan epidermis melalui culim
Ah aku lupa asap itu
Mengantar melewati satu perkara adegan di runut usia
Reyot terlerai muda, tua ataupun riwayat asabiah
Tuhan aku senang di runut sepi
Bersaba kaleioskop silang

Awan bertasbih
Minta disenandungkan lagu menimang hari
Jangan padaku!
Aku buta aksara Grantha
Panggil saja angin atau gemuruh tadi
Tanyalah persoalan akar saling silang
Untuk menjawab teka-teki muhasabah

Jambi, 12 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Template Design By:
SkinCorner