kala episentrum menggempa tintaku
kala episentrum menggempa tintaku
terambing luruh menuju jembalang ruh
yang tak berlabuh sentuh
semisal pengembaraan mencari nadi keabadian
atas nama jiwa di harauf mushaf tak bertepian
dalam kata ada renaka doadoa yang muntaha
nan bertahiyat dan berthawaf tangan nasuha
entah puisi atau jalusi narasi fasih mencairkan
kancah wisata hati
berbulanbulan bertahuntahun kurayu hayyu tuhan
dengan celan pantun pun gurindam sedayu malam
agar telur tinta yang kueram bukan tetas beracun
yang mematikan mata-jiwa-raga nan asa thalibun
kala episentrum menggempa tintaku
‘kan kubongkar rubaiyat kata depa demi depa
nian kupahat arca tanda sujud di kening rupa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar