MANASIK YANG BERTARUH CINTA
-Thawaf kita, sahabatku-
Sesungguhnya alas tikar kecil yang menghampar di bumi ini, telah lama ter-gelar. Dengan segenap kehadirin diri pada pucuk-pucuk cerita. Lalu bagaimana sesungguhnya hembus udara yang menerpa putik-putik adalah hadiah dari kekasih dengan segala cintaNya.
Dalam kaidah para pelamun, kian terbentur dengan kesumat diri yang melunglai pada lantai-lantai yang tiada usai menaburkan keangkaraan. Tak mau menau, dimana usap matahari menaburkan cahayanya. Hingga sudut ronta mulai mengering dan lapuk pada sisa genggaman yang legam.
Lalu dengan apa, cinta akan termaktub, bila di balik hunus tajam mata mulai sembunyikan jalan yang berduri dan berbatu. Sedang ruang di bawah kaki telah terluka dengan ranggas yang bertahun-tahun. Benarkah ini akan terus berkalut. Hingga larut menelan jutaan sadar diri yang membeku. Tiada memahami, sekian firman telah terpajang dengan begitu jelas. Memaknai sekian kalimat dan tutur hidup pada dinding yang retak.
Disana…
Kau sedang duduk, berdandan berling mata dari biola yang kau mainkan
Sekejap kau terseduh menggelengkan kepalamu
Lalu kau mengangguk dan akhirnya kaupun terus mendendangkan syairsyairmu
Kau sedang melawan waktu
Menceritakan sunyi pada jarak dan terik senja
Itarilah dengan segala Thawaf, sekian peta dan altar Ayat-ayat. Temukan biduk kebenaran atas nama perangai yang sejati. Dalam tiupan hawa cinta. Hingga sakral dan mukjizat bukan tema yang harus dilipat dalam perdebatan. Bukalah nurani, biar sulut matahari mengenal dengan ruang cahayanya. Lalu tampaklah cinta, yang tercipta dari tangan pencipta.
Yogyakarta, 2011.
dibuat khusus untuk Elaine Firdausza dan Jhody M. Adrowi
sebentuk kemaafan yang kuhiba di muka bulan
semenjak kulihat kalian memperpanjang kuku dan mulai cakarcakaran,mungkin kesunyian dan kedinginan menyaksikan pilu rancu yang kita satukan namun kian berantakan.tentang status kesedihan yang menggumpal menemu rotasi obrolan
ringan…
jadi kau
jadi dia
saling tak restu dan setuju akan segala yang mereka tuliskan dan mereka katakan
mohon maafkan
‘ hidup bertabur kebahagiaan ‘
tiap musim adalah cinta di mana masa kita berangkulan-beriringan.berjalan saling menerang kegelapan
tapi kenapa benci tumbuh di luar hati?
sebentuk kemaafan yang kuhiba di muka bulan
karena tuhan maha penyanyang tak kenal malam mau pun siang
-untuk Delvi dan Jhody
Maafkan aku yang tak berani mengunci pintu hatiku
Agar kau bebas keluar-masuk sewaktuwaktu
Kawan!
BumiJiwa10O-25Oth11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar