Selasa, 26 Juni 2012

Semi Fiction: Story by Wirda Hayati


Manisnya Ikhlas 

            Bruk…. Bruk, crang….. Laila terjaga dari tidurnya mendengar suara besrisik di atas loteng. “Astagfirullahal ‘aziim, suara apa itu?” Menjalar rasa takut  dalam hatinya, matanya yang yang indah  mencari cari arah suara yang telah membangunkannya itu, keningnya yang mulus mengernyit, bola matanya berputar putar  dalam ketakutan.
“Lindungi aku Ya Allah, selamatkanlah aku!!!
Gedubrakkkk …. terdengar suara lebih  besar dan keras seperti benda berat dijatuhkan, Laila semakin erat memeluk bantal guling dan membenamkan wajahnya dalam-dalam.
Laa ilaha illa  anta, Subhanaka inni kuntu minazzolimiin.” Ucapnya dalam hati. Tak lama terdengar seperti makhluk kecil saling mengejar. Laila menghela nafas lega dalam sisa nafasnya yang masih tersengal karena rasa takut.
“Subahanalloh, ternyata tikus.Untung saja tikus-tikus itu berbaik hati membangunkan aku”. bisik Laila dalam hati
Laila  menuju kamar mandi yang tidak begitu jauh dari kamar Afifah teman satu kostnya.Laila berwudlu dan Sholat Taubat dan Tahajjud dengan khusuk.
“Astagfirullahal aziim.... Astagfirullahal ‘aziim.... Astagfirullahal ‘aziim....” Semakin dalam dan semakin penuh penghayatan istigfar diucapkan. Air mata Laila menglir dipipinya yang putih mulus.
“Ya Allah ampunilah segala dosaku, Aku manusia lemah yang tak berdaya, aku manusia yang penuh dosa, Engkau maha pengampun Ya Allah, ku mohon ampunilah dosaku Ya Robbi!” Laila  terus memohon sembari mengingat dosa-dosa yang pernah diperbuatnya.
“ Ya Allah ampunkanlah dosa kedua orang tuaku, mereka telah banyak lalai beribadah karena mencari kehidupan untuk kami demi anak-anaknya yang menuntut ilmu, sayangilah mereka sebagai mena mereka menyayangiku sejak kecil Dan ku mohon padamu Ya Allah  terimalah Ayahku di sisimu Ya Allah, jangan beratkan dia karena kami di dunia ini, berikanlah ketenangan bagi Ayahku di alam kubur, Amiin amiin ya robbal ‘alamiin.”
            Laila menuju meja di sudut kamar, diatasnya tertata rapi buku-buku dan segalas air putih, di depannya sebuah kursi yang biasa digunakan laiala untuk belajar.
“Robbi zidni ilman warzukni fahman.”Laiala mulai membuka buku dan membacanya.
Satu demi satu lembaran buku telah terlewatkan, kemudian mata rasanya perih seakan mau tidur, Laila  memberi keadilan  buat matanya yang indah, Lailapun tertidur pulas.
            Azan subuh berkumandang saat Laila terjaga. Ia berjalan ke arah jendela dan menyingkapkan gorden kamarnya. Jalan masih sepi. Hanya satu dua mobil melintas di jalan Sudiman. Kabut tipis tampak menghiasi pagi di kejauhan samar terlihat gedung dan rumah-rumah penduduk. Udara terasa dingin sekali, dalam suasana seperti ini enaknya menarik selimut di tempat tidur.
Ash shalatu khoirun minan nauum 2X
Allohu akbar 2 X
Laa ilaha illalloh
Suara azan itu begitu lembut dan merdu seakan-akan yang mendengar meneteskan air mata. Suara azan itu mengajak kita sholat dan mengingatkan sholat lebih baik daripada tidur. Laila segera mandi dan berwudlu. Dia khusuk dalam shalatnya. Hatinya terasa tenang dan siap bertugas hari ini.
            Laila seorang guru honor yang hidup pas pasan dengan gaji yang sedikit  apalagi dia harus berusaha menyisihkan sedikit demi sedikit ungnya untuk ibundanya tercinta yang sudah tua dan hanya tinngal sendiri sejak ayahnya berpulang ke rahmatullah sejak Laila berusia 4 tahun.  Sang Bunda terpaksa berusaha keras menghidupi dan memberi pendidikan yang layak pada 8 anak-anaknya. Bunda Shoibah memeras keringat dan banting tulang demi anak tercinta. Semangat Bunda sangat tinggi,  jiwa mandirinya patut ditiru. Meskipun disela-sela kesibukannya Bunda selalu beribadah tepat waktu. Apabila dagangannya telah ditutup dia selalu berusaha menyempatkan waktu untuk mengaji.
            Laila selalu ingat kata-kata Bundanya “Demi sekolah kalian anak-anakku, kupertaruhkan jiwa dan ragaku.” Kata-kata Bunda menjadi semangat bagiku untuk menyelesaikan pendidikan S1 Keguruan. Menjadi guru memang cita-citaku sejak kecil. Dengan mantap Laila  memilih FKIP (Faultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).
Sewaktu Laila semester 6, ia telah menjadi guru Bimbingan belajar pada kota tempatku kuliah. Untuk menjadi tenaga pengajar salah satu Bimbel ternama di kota ini harus melalui tes yang ketat. Pada tes pertama itu temanku Afifah tidah lulus tes. Setelah melalui rentetan tes yang panjang dan rumit bagiku pada masa itu Alham dulillah Laila lulus tes dan ia menjadi tentor/tenaga tutor pada bimbel itu. Laila sangat senang, rasa senangku jadi hilang melihat sahabatku gagal dalam tes.
“Sabar ya Afifah, mungkin Allah lebih tahu mana yang terbauk untuk kita.Kata Laila dengan nada pelan.
“Iya Laila, selamatya atas keberhasilanmu.”
Laila mengangguk kecil.“ Aku bersyukur  padamu Ya Allah, Engkau telah membantu aku dalam kesulitan, Engkau memberi aku rezeki melalui pekerjaan ini.” Bisik Laila dalam hati.
Karena rasa syukur, Laila selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Lembaga Bimbbingan Belajar dan juga bagi siswa-siswinya.
            Laila dan Afifah menjalani kuliah sambil bekerja setelah Afifah lulus tes 3 bulan kemudian. Dalam bekerja selalu berusaha melayani anak didiknya sebaik mungkin, bersikap lemah lembut dan menyayangi anak didiknya. Bagi Laila tidak begitu sulit menaklukkan siswanya. Kuncinya sikap bersahabat, ramah dan kuasai materi dalam mengajar. Tanpa disadari siswa seakan-akan terbius oleh cara pendekatan Laila karena laila bukan saja sebagai guru bagi siswanya tetapi juga kakak bahkan teman yang menjadi tempat curhat.  Afifah merasa kurang enak dengan Laila karena setiap siswa yang datang bukan mencarinya tetapi mencari Laila.
“Kau sungguh beruntung Laila, anak-anak sayang padamu, sementara kalau  mereka jumpa denganku mereka Cuma melempar seyum dan say hello saja, kau benar-benar beruntung.” Dengan nada sedih.
“ Nggak kok Fifah, mereka juga menyayangimu, mereka sendiri yang bilang padaku. Cuma anak-anak sedikit sedikit takut karena Fifah kurang sering bercanda sama mereka.”
“Bener ni? Kalau gitu aku akan berusaha mengubah sifatku yang rada-rada ja’im gitu, ya kan?”
“ Naahh.... itu baru Afifah temenku”. Lalu merangkul Afifah.
“Terima kasih temanku yang baik,” bisik Fifah ke telinga Laila.
Jauh dilubuk hati yang paling dalam Afifah berujar “ Andaikan aku menjadi Laila, banyak orang yang menyayanginya, menurut kata ustad dalam ceramahnya, semakin banyak orang menyayangi kita menandakan Allah semakin sayang pada kita.”
            Tepat delapan semester Laila menyelesaikan studinya pada sebuah Unuversitas negeri terbaik dikotanya dengan hasil yang sangat memuaskan. Setelah menerima ijazah Laila mengikuti tes menjadi guru honor pada Sekolah Kejuruan Sewasta ternama  di kota itu. Dalam tes itu banyak saingan yang mesti disingkirkan. Peserta tes berasal dari dalam dan luar kota apalagi Laila tahu kakak tingkatnya semasa di kampus bukan lawan yang bisa disepelekan. Laila berdoa dalam hati agar diterima menjadi tenaga pengjar di sekolah yang banyak diminati lulusan S1 itu pada masa itu.
            Tes tertulis telah selesai tahap pertama Laila berhasil. Selanjutnya tinggal menunggu tes wawancara dengan pihak yayasan dan pihak sekolah. Hati Laila semakin berdebar kencang menunggu giliran wawancara.
“ Lailatul Khasanah, nomor tes 125.”
“ Ya Bu, terima kasih.” Laila melangkah diiringi do’a satu demi satu tes wawancara dilalui, tibalah wawancara terakhir yakni yang keempat dengan Ketua Yayasan. Setelah mempersilahkan duduk Pimpinan Yayasan berkata.
“Sepertinya sudah ada pengalaman mengajar di Bimbel selama 2 tahun, menurut ibu bagaimana dengan siswa yang nakal?”
“ Bagi saya tidak ada siswa yang nakal Bu.”
Pimpinan yayasan mengernyitkan keningnya yang memeng sudah agak berkerut dimakan usia dan sedikit menarik kepalanya agak ke dalam.
Laila melanjutkan jawabannya.“ Semua anak saya anggap baik, baik atau tidaknya anak tergantung bagaimana kita membina dan memperlakukannya, walaupun kata orang nakal bagi saya itu hanya lasak saja, dalam artian dia hanya mengekpresikan dirinya untuk mendapat perhatian dari lawan bicaranya.”
Pimpinan yayasan tersenyum dan melanjutkan pertanyaannya.
“ Jika anak berkasus, bagaimana ibu mengatasinya?”
“ Sebagai guru bidang studi saya berkewajiban mendidik siswa saya yang bermasalah,
Saya lakukan pendekatan padanya, dan saya perhatikan karekter Si anak apakah dia tipe yang keras atau sebaliknya, kalau dia keras saya pakai dengan cara yang lembut, kalau tidak juga baru saya tegaskan, selain saya membinanya, saya juga berusaha menjalin silaturrahmi dan menjalin kerja sama dengan orang tua siswa. Jika masalah tidak dapat saya selesaikan kasus saya lanjutkan pada wali kelas. Seandainya tidak dapat terselesaikan dengan wali kelas lanjutkan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) terus Waka kesiswaan dan Kepala Sekolah.
“ Seandainya Ibu diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah ini, Apakah ibu mau bekerja sama dengan sekolah?’
“Sepanjang kerjasama itu tidak menyalahi aturan kerja sama yang telah diatur oleh Allah, Isya Allah saya siap.” Jawab Laila dengan mantap.
“ Ya sudah terima kasih.”
Laila menyalam Pimpinan Yayasan dengan hormat dan berlalu dari ruangan tes. Hatinya lega setelah melewati pertanyaan yang bermacam-macam dari tim wawancara.
            Laila melangkah dengan ucapan basmalah menuju sekolah yang akan mengumumkan hasil tes dua hari lalu. Terlihat wajah-wajah harap telah menunggu di gerbang sekolah. Begitu gerbang dibukakan Satpam, semua menuju pengumuman yang telah ditempel.“ Alhamdulillah Ya Allah, Engkau mendengarkan dan mengabulkan doa-doaku.” Wajah cerah menghiasi para calon guru yang lulus, dan deringsut meninggalkan kampus SMK bagi peserta yang belum berhasil.
            Hari ini merupakan hari perlama bagi Laila datang ke sekolahnya yang baru.
“ Selamat pagi Bu.”  Sapa murid yang berdiri dekat gerbang.
“ Selamat pagi anak-anakku, Apa kabar?” Senyuman Laila mengembang di bibirnya, Laila sedikit memperlambat langkahnya dan perlahan berjalan menuju ruangan majelis guru.
“ Baik Buuu....” Anak-anak serentak menjawab.
            Terdengar nada Shalawat dari nada dering hand phone milik Laila, cepat-cepat diangkatnya. “Assalamu ‘alaikaum, Afifah, apa kabar?”
Wa’alaikum salam warohmatulloh, baik La. Selamat ya di tempat tugasmu yang baru, di Bimbel masih ngajar nggak?”
“ Ya, masih dong sayang, kan dibimbel kan waktunya sore dan malam.”
“Ooo.. Ya udah tadi koordinator pendidikan bidang studi kita bertanya.”
“ Gitu ya, tolong sampaikan salamku padanya ya. E, Fifah maaf ya bel sudah bunyi nanti kita di kost cerita lagi, assalamu ‘alaiakum.” Setelah salam dijawab pesawat telepon pun ditutup. Laila melaksanakan tugasnya sebagai guru bidabng studi BahasaIndonesia.
            Pada pertemuan pertama siswa merasa senang belajar dengan Bu Laila. Setiap jadwal pelajarannya sealalu ditunggu oleh siswa. Laila selalu memberi yang terbaik bagi manusia disekitarnaya, namun tidak semua orang memandang senang pada orang-orang yang suka berbuat kebaikan, seperti Nensi yang selalu mencibirkan bibirkan bibirnya bila melihat Laila. Dia berusaha menjelek-jelekkan Laila dihadapan siswa, guru bahkan atasan sekalipun. Setiap kesempatan Nensi selalu memancing amarah Laila. Laila terus berusaha meredam bila emosinya sudah mulai naik.
“ Sebanyak itu orang yang sayang sebanyak itu pula orang tak suka padaku, jadi mungkin dia salah satunya orang yang tidah menyukaiku, bukankah Allah juga menciptakan manusia yang berhati bersih dan kotor.” Katanya dalam hati.
Sebenarnya ada beberapa orang guru yang kurang suka pada Laila karena banyak siswa yang sayang pada Laila. Hingga pada suatu saat Laila dituduh sebagai propokator dalam demonstrasi siswa pada pihak sekolah dan yayasan, sampai-sampai fotonya terpampang di Harian terkemuka di kota itu. Demonstrasi berlangsung selama dua hari, guru-guru terpaksa mengiringi barisan berjejer itu sampai ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, sebenarnya bukan bermaksud mendukung siswa tetapi guru-guru bermaksud menertibkan siswanya. Pada kesempatan itu Para guru juga menyampaikan aspirasinya dengan tertib. Pada kesempatan itu Laila juga angkat bicara karena memang ada beberapa hal yang tidak cocok yang dilakukan oleh pihak sekalah dan yayasan. Namun, demonstrasi itu menghasilkan beberapa kesepakatan dan PBM si sekolahpun berlangsung seperti biasa.
Meski demonstrasi selesai goresan di hati Laila masih tertinggal. Dia berpikir apa sebanya dia dituduh sebagai propokator oleh Pinpinan yayasan yang memuat berita di koran. Laila hanya mengurut dada dan menyerahkan segalanya pada yang kuasa. Selama ini dia memberi yang terbaik untuk pekerjaannya bahkan memberikan prestasi kurikuler dan ekstrakurukuler untuk sekolahnya. Tanpa terasa setetes mutiara yang bening bergulir di pipinya.
“Ya Allah, tabahkan hatiku, kuatkan imanku, dan berilah aku kesabaran meneima ujian dari-Mu.”
            Nada pengingat pesan berbunyi, Laila tersadar dari lamunannya. Dia membasa pesan singkat.
“ Selamat temanku, selamat atas terpilihnya sebagai guru Pavorit di surat kabaar.”
Laila terperanjat membaca sms itu, buru-buru dibelinya surat kabar hari itu, ternyata benar terlihat namanya urutan klima.
“ Subahanalloh, siapa yang memilihku?” beberapa teman dan siswa dihubunginya, tapi tak satu orang pun yang tahu. Laila merasa bingung karena sudah 3 minggu setiap hari namanya muncul di kolom itu. Hari itu kepala sekolah memanggil Bu Laila dan menanyai tentang itu,  Laila menjawab tidak tahu.
            Pada apel siang kepala sekolah mengumumkan di hadapan sis wa dan juga guru.
“ Siswa sekalian, kalau Bu Laila memang pantas di dukung pada kesempatan ini saya sampaikan, silahkan didukung kalau Siswa menyenangi dan menyukai guru kita ini.”
Sontak siswa bertepuk tangan. Nensi memonyongkan bibirnya ke arah Laila. Laila membalasnya dengan senyuman manis.
Semakin hari semakin baik posisi untuk Bu Laila. Siswa terus mendukung sengan kupon yang dimuat pada Surat Kabar Bla bla. Dan saat penghitungan terakhir Bu Laila mendapat rengking 2 guru Pavorite tinggkat SLTA berdasarkan pilihan siswa persi surat kabar ternama di kota itu.Surat kabar bekerja sama dengan dinas pendidikan dan gubernur memberangkatkan 10 besar guru-guru terpilih Studi Banding dan Tour ke Singapura, Kuala Lumpur dan Malaka.  Bertepatan itu pula Surat perintah tugas dari instansi yang sebelumnya  tes CPNS diikuti oleh Laila keluar di daerah asalnya.  Laila harus meninggalkan siswa dan sekolah yang banyak menyimpan kenangan.
 
: WIRDA HAYATI, S.Pd.
TEMPAT TGL LAHIR                      : PENYABUNGAN 15 DESEMBER 1975
PENDIDIKAN                                  :  S 1 FKIP BAHASA INDONESIA UNRI
PEKERJAAN                         :  GURU (PNS)
STATUS                                 : SUDAH KAWIN
ALAMAT TEMP TUGAS     : JL. DIPONEGORO 910 KM 1
                                                   WONOSRI TI MUR  KEC. RAMBAH
                                                   KAB. ROKAN HULU
ALAMAT RUMAH               : JL. DIPONEGORO
                                                  WONOSRI TIMUR RT 02 RW 01
                                                  KEC. RAMBAH   KAB. RUHUL
NO HP                                                  : 08127672673
EMAIL                                   : wirdawatiii@yahoo.com
FB                                           : Wirdahayati manies











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Template Design By:
SkinCorner