Awal Hijabku
Untuk pertama kalinya, aku mengenakan jilbab panjang dan lebar pada hari jum'at, aku bahagia sekali bisa memakainya, dalam hati ku niatkan, aku akan memakai jilbab seperti ini selalu. Hatiku terasa nyaman dan diriku merasa terjaga dengan pakaian dan jilbab yang syar'i. Amanah datang silih berganti untuk tetap meneruskan dakwah dan tetap istiqomah.
Semuanya berawal ketika aku melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Aku berniat sekali mengubah diriku yang dulu begitu suka berteman dengan lelaki manapun tanpa memperhatikan hijab, dulunya solat ku lakukan terkadang karena terpaksa dan takut di marahi ibu, dulunya aku memakai pakaian pendek keluar rumah terkecuali ke sekolah, dulunya aku begitu jauh dari jalan Sang Ilahi.
Aku membulatkan tekad ketika melihat seorang pemuda tampan penghuni musollah kampus. Aku terkesima dengan dirinya yang entah dimulai dari mana. Aku mencari segalanya yang berhubungan denhgan pemuda itu. Akhirnya aku tahu, dia adalah ketua umum sebuah organisasi islam di kampus, ku berniat untuk mendekatinya dengan cara itu. Ku ikuti semua kegiatan yang ada didalam organisasi itu mulai dari Mentoring, Wisruh, Taskif dan kajian lainnya yang selalu saja ada dia.
Hari itu, pembahasan Mentoring oleh seniorku kak Azza menyangkut tentang Hijab, hijab dalam semua hal termasuk hati, disana aku bertanya semua hal bahkan juga mengenai hijab hati, aku mulai ada rasa penasaran dibuatnya. Semua pertanyaan ku dijawab kak Azza dengan baik dan mengena dihati. Sendiri pun aku dimalam hari aku masih memikirkan tentang hijabku.
“Assalamualaikum dik, kenapa bermenung macam itu?”, sapa kak Azza
“Waalaikumsalam kak, tak ada, aku penat sikit”, kataku dusta
“Dik, kakak ada hadiah buat kamu, ini dibuka ya, semoga Adik Berkenan”, katanya sambil tersenyum.
“Apa nih kak? Aku tak buat apa-apa hari ini, Aku tak Ulang Tahun hari ini”, kataku, tapi kak Azza hanya Senyum simpul dan pamit balik ke biliknya.
Malam itupun aku membuka kado, melihat Jilbab lebar Merah Muda, aku tidak tahu harus berkata apa, ku coba memakainya hingga tertutupi hijabku. Aku tertegun sejenak, berniat memutar semua haluan niat awalku mengikuti Organisasi ini hanya karena pemuda itu. Ya, menjadi akhwat sejati.
DP Anggi. Seorang Gadis yang senang menulis apa saja yang terlintas dibenaknya. Menulis sudah dimulainya sejak duduk dikelas 3 SMP tanpa pengarahan dan tanpa dukungan dari siapapun. Menulis terkadang membuatnya jenuh dan sering putus asa. Tapi itu tak meruntuhkan semangatnya menulis dan mengukir tinta di kehidupan yang baginya seperti fatamorgana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar