Bisu Dalam Kata
Sapa menyeka gelaga malam
Terketuk dinding hati dengan suara nyanyian
Langkah menapaki satu persatu cerita
Menjelajahi seluk beluk ruangan jiwa penuh irama
Ketika hangatnya jiwa mendekap rasa takut
Tak ada lagi galau yang semakin bergelayut
Tatapan mata itu ditelan putihnya kabut
Sisakan kenangan indah dibalik sebuah sudut
Hadirlah kembali, meski hanya sendiri
Jangan pernah berpikir 'tuk bersembunyi
Penuhi lagi keharuman ruangan hati
Tuangkan segala rasa hingga memenuhi gelas memori
Kutahu, bibir indahmu kelu
Sepatah kata pun tak terdengar oleh telingaku
Mungkin sebait kata kau bendung dalam ragu
Bahwa sebenarnya kau merasakan rasa sama sepertiku
Biarlah angin malam membawa kidung jenaka nan lucu
Lepaskanlah sayap-sayap indah terbang bersama keindahan awan biru
Walau didasar kedalaman hati kita menyimpan bebatuan rindu
Kini, hanya penghuni lautan cinta yang semakin membeku
Hingga puisi ini mengabadikan setiap kata dalam bisu.
Jay Wijayanti, 26062012. Perbatasan Keelung-Hsijih.
Bunga
Bermekaran silih berganti
Gugur jatuh tak berarti
Selagi mengharap kuncup menemani
Tabahkan hati dalam setiap langkah yang dijalani
Cukuplah merah berduri, sekuntum bunga
Gugur jatuh tak berarti
Selagi mengharap kuncup menemani
Tabahkan hati dalam setiap langkah yang dijalani
Cukuplah merah berduri, sekuntum bunga
dihinggapi kupu-kupu yang mencari madu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar