Rabu, 27 Juni 2012

X-Poems: Puisi-puisi Matahari Senja

Canang seuntai kasih
Kau bertanya padaku
Sebesar apa bunga cinta
yang kini tumbuh di hatiku?
Seluas apa dermaga rindu
Yang menanti kehadiranmu?
Setinggi apa gunung yang aku jejaki
Untuk mencarimu?
Kau haturkan beribu Tanya
Mengapa engkau yang ku pilih tuk temani hati ini
Aku pun menjawab
1/
Ini cintaku
Yang ku abadikan dalam
Azimat rindu nan ku semat di hatimu
2/
Ini kasihku
Yang ku sulam menjadi
Sebuah bantal bertahta sayang
Dan berbenang cemburu
Aku mencintaimu bagai pohon yang senatiasa berbuah
Aku menyayangimu bagai mentari yang tak pernah lelah menyinari dunia
Aku mencintaimu tak lekang oleh waktu yang terkadang semu dibalik tirai bisu
Masihkah pertanyaan itu kau haturkan wahai kasihku?

Kucanangkan bahwa bunga cinta telah menguntum di taman rindu
Bunga yang kau siram lalu kau pupuk bersama cintamu
Kini telah mekar .

Namun sebait pesan kuukir di hatimu
Seumapama aku akan pergi tinggalkanmu
Kenanglah aku dan siramlah bunga-bunga cinta agar tak layu
dimakan waktu.
 
Andai

Andai malam tahu apa yang kini bersemi di hati
Andai malam tahu apa yang kini bergelut dalam mimpi
Wajahnya
Senyumnya
Mengambang bagai dedaunan yang terseret arus air
Mengalir dan terus mengalir
Ntah dimana wajahmu akan berhenti mengitari hidupku
Andai malam tahu apa yang harus kutempuh
Tuk lupakan semua banyang ini
Tuk memenjarakan hati dari wajah semunya
Karena ku tau itu hanya fatamorgana
Dapat dilihat namun tak dapat disentuh.

Andai malam tau…..

Namun sayang itu hanya impian baku
Yang mengeras menjadi batu
Dalam hatiku..
Dia

Menatap senja di pelataran nan sepi

Merangkai bait demi bait puisi
Kemana mentari kan pergi?
Akankah ia kembali?
Menanti detik demi detik
Menit demi menit
Kapan mentari hinggap di hari-hariku
Mentari yang selalu menghangatkan hatiku
Mentari yang selalu menemani jiwaku
Mentari yang setia menebar senyum terindahnya
Untukku..
Kemana engkau wahai mentari?
Aku ingin kau lukiskan pelangi
Walau dimalam yang sunyi.
 
Edelweiss III

Keabadaian?
Aku tak mengerti arti keabadian
Apa?
Bisakah kau buktikan?
Jika kau lambang dari keabadian.!
Huh,,sepetinya tidak.!
Kau dicabut dengan paksa
kau dijajah para manusia
Itukah keabadian?
Katanya kau juga lambang pengorbanan
Apa pengorbanan yang telah kau ukir?
Kau hanya sekuntum bunga
Kau hanya sebuah keindahan
Keindahan yang kemudian pudar
Diterpa angin kehidupan.

Matahari Senja, mengeluarkan tangisan pertamanya di sebuah desa di kecamatan kuantan hilir,kabupaten kuantan singing,pada sebuah malam yang penuh kebahagiaan,ditengah keluarga yang dipimpin sang raja Adia Mirtajaya dan ratunya Azmiyana yang sangat mencintainya,tepatnya pada tanggal 7 Juli tahun 1994 ,ia adalah putri pertama dari sepasang raja dan ratu kehidupannya itu,ia kini menjadi anggota community pena terbang(COMPETER),siapapun dapat menemukannya di facebook dengan nama account JULIANA DIAN KOMALASARI, dan no hp.081365977794.

3 komentar:

  1. kereen puisinya..

    tetap brkarya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya, telah mengapresiasi sajak kakak ku

      Hapus
  2. Wawank: Thank You so much atas apresiasinya, Anda juga dapat berpartisipasi mengirim karya ke alamt kami sangjuaradunia100@yahoo.com atau jika berkenan add fb Muhammad Asqalani Eneste..Terimakasih ^_^

    BalasHapus

 
Template Design By:
SkinCorner