Selasa, 26 Juni 2012

Meditation: Curhat ala Ryan Ferdian Lau


Yuan buat Yuanita di Jantungku


"Istriku, aku berangkat dulu ke Taiwan ya, jaga anak kita dengan baik, semoga kamu melahirkan dengan lancar." Pamitku pada istriku.

"Iya Ayah (panggilan sayangnya padaku), Ayah hati-hati kerja di Taiwan, jangan berpikir yang tidak-tidak, semoga Allah memberi kemudahan saat Bunda melahirkan nanti dan Ayah selalu sehat." Jawab istriku dengan derai air mata melepas kepergianku.

Tidaklah mudah berpisah dalam keadaan seperti ini, istriku sedang hamil anak pertama, anak yang begitu kudambakan, seperti suami yang lain aku pun ingin mengumandangkan adzan di telinga anakku disaat baru lahir, tetapi batas cutiku hanyalah 2 bulan dan aku harus berangkat ke Taiwan sesuai kontrak kerja. Komunikasi dengan istriku siang dan malam melalui BBM dan telefon.

Tak terasa 4 bulan berlalu.
11 februari 2012 pukul 04 dini hari lahirlah putriku nan cantik.

"Ayah, Bunda sudah melahirkan, tapi maaf Ayah anak kita seorang putri bukan putra." Kata istriku melalui BBM di pagi itu sekira pukul 7.30 pagi.
"Alhamdulillah, kok Bunda ga bilang kalau sudah mau melahirkan? Semalam kan kita masih BBMan sampai jam 3 pagi!" Jawabku.
"Maaf ya Ayah, Bunda tidak bisa memberi anak laki-seperti harapan Ayah" kata istriku sedih.
"Tidak apa-apa Bunda, perempuan atau laki-laki, anak adalah karunia dan titipan Allah yang harus kita jaga dengan baik." Jawabku meyakinkan istriku.
"Apa Ayah akan menyayangi putri kita sepenuh hati?" Tanya istriku masih ragu.
"Pasti Bunda, aku akan bekerja keras demi masa depan putri kita dan keluarga kita, aku janji akan bekerja sebaik mungkin." Jawabku lagi.
"Terima kasih Ayah" jawab istriku dengan tangisnya.
"Mau dikasih nama siapa putri kita Ayah?" Tanya istriku.
"Karena ini bulan Maulid, kita beri nama Maudy Yuanita Ferdian ya, Yuanita dari kata Yuan nama yang tadinya kalau anak kita laki-laki" jawabku.
"Iya Ayah, nama yang bagus dan cantik secantik putri kita" balas istriku.


Tak terasa 4 bulan sudah berlalu, kini putriku sudah bisa tengkurep dan mulai bicara yang aku sendiri tidak mengerti, yang pasti bila weekend aku tidak telfon, putriku rewel dan pegangin BB terus, begitu aku telfon putriku tidur dengan sangat pulas.

Meski rasa rinduku sangat menggunung ingin menggendong dan mengajaknya bermain, semua hanya bisa ku lakukan dalam khayalan dan hanya melalui telefon serta internet.
Putriku sabar ya, dan berdoalah agar ayah selalu sehat, semua demi masa depanmu putriku dan keluarga kita nantinya.

Aku bukanlah satu-satunya lelaki yang harus jauh dari sang istri tercinta demi masa depan yg lebih baik, yang harus jauh dari putra putri dan keluarga tercinta.
Aku masih lebih beruntung dibanding temanku. Aku menikah di Taiwan dan sempat menikmati indahnya bulan madu dan kebersamaa. Tapi tidak dengan temanku yang menikah hanya cuti 1 minggu pulang pergi, tak terbayangkan betapa lelah dan sedihnya merasakan menjadi seorang suami hanya 2 atau 3 hari. Sedih? Sudah pasti, rindu? Jangan ditanya!, mungkin mengalahkan tingginya gunung mana pun, tapi dia, aku, kami para suami yang harus mampu menahan dan membekukan rasa rindu seumpama laut menjadi daratan es seperti kutub utara.

Taiwan, negara yang bebas dan saling tidak ikut campur urusan pribadi masing-masing. Tentu bukanlah hal mudah menahan godaan, karena kami bukanlah malaikat yang tak punya nafsu, aku manusia biasa yang juga punya kelemahan, apa lagi ditengah lingkungan yang banyak berprinsip "ini Taiwan, mumpung di Taiwan" segalanya bebas di lakukan dan itu bukanlah urusanku.

Satu cita yang terus membesarkan asaku, masa depan yang cerah, meski tidak terlalu muluk mengingat kita hidup haruslah realistis kecuali dengan mukjizat Tuhan apapun bisa terjadi diluar nalar kita sebagai manusia.

Bayang-bayang senyum putrikulah yang terus mampu membakar semangatku untuk bekerja sebaik mungkin, bahkan menjadikannya malamku menjadi siang dan siangku menjadi malam, bahkan di sela waktu yang harusnya untuk tidurpun sesekali masih mencari obyekan di luar gaji, biarlah sedikit asal halal. Bila harus jujur aku dan para suami, tentu merasakan 3 tahun sangatlah lama untuk sebuah penantian finish kontrak. Bayangan mempunyai keluarga kecil nan bahagialah yang membuat kami mampu bertahan, mempunyai rumah kecil, kendaraan dan modal usaha dimasa depan. Terkadang suara putriku terasa ada di telinga.

"Ayah, dede nanti berangkat sekolah bareng ayah kekantor ya, dede ingin diantar ayah ke sekolah" suara yang mampu menyayat hati siapapun dan setegar apapun orang itu.

Sekali waktu dengan suara yang berbeda.
"Ayah, ni lihat dede dapat nilai sepuluh" sambil berlari kecil dan menubrukku ke dalam pelukan, dan memamerkan nilainya.
Bayangan semacam ini muncul dikala sepi.

Rasanya baru kemarin keluh kesah istriku lewat BBM setiap beberapa menit harus ke toilet untuk buang air kecil.
"Ayah, temani ya Bunda mau buang air kecil, lampunya kurang terang jadi takut" begitulah setiap kali istriku ingin buang air kecil, membaca BBM mampu membuat hati tersayat dan nelangsa, bagaimana tidak?! Terasa asing di rumah mertua pasti, belum lagi kandungannya yang semakin besar dan tidur hanya beberapa menit lalu ingin kembali ketoilet. Beruntung aku mendapat kerja shift malam yang bisa terus menemani meski lewat BBM semoga mampu mengurangi kesepian dan ketakutannya. Ajaib, kata ini yang tepat untuk mengungkap tentang kehamilan, membuatku semakin sayang pada istriku, juga semakin dapat merasakan kehebatan dan kebesaran Allah.

Meski sampai hari ini istriku masih meragukan rasa sayangku pada putriku karena awalnya aku menginginkan seorang putra, tapi sekarang tidak pernah berpikir untuk tidak menyayangi buah hatiku, putra atau putri semua titipan Allah yg harus dijaga dan disayangi serta di beri ilmu.

"Ayah, Bunda nyusul kerja ke Taiwan ya secepatnya" kata-kata ini yang sering terlontar dari istriku, membuatku sedih.

"Jangan Bunda, kasian putri kita, nanti kurang kasih sayang, kurang gizi juga" begitu jawabku.

Memang bukan tanpa alasan istriku ingin segera menyusul ke Taiwan, mungkin rasa sayang dan cinta yang terlalu besar membuatnya khawatir aku selingkuh.

"Ayah di Taiwan lho dunia bebas, banyak orang selingkuh, kesana-sini ngaku bujang dan gadis" begitu selalu alasannya.

Mungkin bagi sebagian orang akan berbuat begitu, tapi tidak bagiku. Aku bangga menjadi seorang ayah, aku berjanji dalam hati untuk tidak selingkuh apa lagi mengaku bujang (sama saja tidak mengakui putriku dan istriku), karena itulah aku isi hari-hariku dengan bermacam kesibukan.

Putriku, istriku, berdoalah untuk kesehatanku, kelancaran rezekiku. Kita sambut masa depan kita dengan cerah agar terbayar perpisahan kita selama ini. Biarkan tangan Tuhan bekerja, kita berusaha semaksimal mungkin yakinlah semua akan indah pada saat yang tepat menurut takdirNya.


Taoyuan: 25062012


 Namaku Ryan Ferdian,aku pernah iseng-iseng kirim foto 'tuk Audisi jadi Coverboy ternyata di terima, ajaibnya dalam setahun 2 majalah,tapi sekarang aku malah jadi kontributor majalah yang ga pernah pake aku jadi Coverboy... Bukan salahku kan kalo aku trima Tawaran ini? Aku berusaha seProfesional mungkin meski aku masih pemula.aku orangnya suka banget dengan yang namanya OnTime,paling males dengan orang yang suka "ngaret" tanpa sebab dan kabar


5 komentar:

  1. Terima kasih Bang keren juga jadinya.

    BalasHapus
  2. realistis bgt,, nggak lebay. Dan tentunya bisa menjadi hikmah bagi kita semua :)

    BalasHapus
  3. Prince Ryan Lau; terimaksih juga atas keikhlasan saya yang memandai-mandai. thank an sorry ^_^

    BalasHapus

 
Template Design By:
SkinCorner